BATERAI / PENGISIAN 3NR-VE
SISTEM PENGISIAN-LOKASI PART
GAMBAR
*1
|
ENGINE
ROOM RELAY BLOCK
|
*2
|
ECU IG2
FUSE
|
*3
|
BATTERY
CURRENT SENSOR ASSEMBLY
|
*4
|
GENERATOR
ASSEMBLY
|
*5
|
ECM
|
*6
|
COMBINATION
METER ASSEMBLY
|
*7
|
MAIN BODY
ECU (FUSE BLOCK ASSEMBLY)
|
*8
|
BACK UP2
FUSE
|
*9
|
DLC3
|
-
|
-
|
3NR-VE BATTERY / CHARGING SYSTEM -CHARGING CONTROL
SYSTEM CONTROL
a.Sistem ini menghasilkan tegangan yang rendah saat kendaraan tidak mengalami
deselerasi, dan menghasilkan tegangan yang besar saat deselerasi. Ini
mengurangi beban pada engine sebagai akibat dari pembangkit listrik generator,
sehingga berkontribusi pada peningkatan penghematan bahan bakar. Ketika idling
atau mengemudi pada kecepatan konstan, sistem ini mengatur tegangan yang
dihasilkan untuk menempatkan nilai estimasi arus listrik mendekati nilai
target.
b.Pengontrolan ini terdiri dari battery
current sensor, alternator, sensor-sensor, saklar, dan ECM.
c.ECM mendeteksi kondisi pengendaraan berdasarkan sinyal
dari berbagai sensor, dan mendeteksi kondisi pengisian berdasarkan sinyal dari
alternator dan battery current sensor.
d.ECM menghentikan kontrol pengisian dan alternator beralih ke mode normal pembangkitan listrik berdasarkan kondisi berikut :
i.
kapasitas baterai rendah
ii. temperatur baterai rendah atau
tinggi
iii. Wipers,blower, atau lampu
belakang digunakan
iv. Battery current sensor rusak
v.
komunikasi terputus/rusak (komunikasi lokal antara alternator, ECM and the battery current
sensor)
vi. alternator rusak
3NR-VE BATTERY / CHARGING - CHARGING SYSTEM DETAILS-BATTERY CURRENT
SENSOR
CONSTRUCTION
Battery current sensor assembly
mendeteksi pengisian/pengosongan arus dari baterai. Dengan mengkonversi sinyal
ini ke dalam voltase, battery current sensor assembly mentransmisikannya ke
ECM. Berdasarkan pada sinyal voltase ini, ECM kemudian mengirimkan perintah
power generation ke alternator assembly.
*1
|
Battery
Current Sensor Assembly
|
-
|
-
|
3NR-VE BATTERY / CHARGING SYSTEM – DIAGRAM SISTEM
3NR-VE BATTERY / CHARGING SYSTEM –WIRING DIAGRAM
DASAR-DASAR SISTEM
PENGISIAN
Sistem pengisian adalah sistem
pada engine yang terdiri dari komponen-komponen yang membentuk fungsi meyediakan
arus listrik bagi komponen-komponen kendaran yang membutuhkan listrik dan
mengisi kembali baterai agar selalu siap dipakai.
Prinsip pembangkitan arus listrik
Syarat membengkitakan arus
listrik ada 3 (tiga) syarat yaitu kemagetan, lilitan konduktor, dan gerakan.
Jika sebuah konduktor yang dihubungkan dengan galvanometer digerak-gerakkan di
dalam medan magnet maka jarum galvanometer akan bergerak, artinya arus listrik
dibangkitkan.
Kalau galvanometer kita ganti
dengan sebuah lampu maka lampu akan menyala
Di dalam sebuah mobil, peralatan
yang menghasilkan listrik disebut generator atau alternator. Tentu saja sebuah
alternator terdiri dari komponen yang memenuhi 3 (syarat) menghasilkan arus
listrik; kemagnetan yaitu magnet buatan dengan cara mengalirkan arus listrik ke
sebuah lilitan yang disebut rotor, lilitan konduktor yang memotong medan magnet
disebut dengan stator, dan gerakan yang memanfaatkan putaran dari engine.
Komponen alternator yang bergerak ini disebut rotor, jadi rotor mempunyai dua
fungsi; gerakkan dan membangkitan kemagnetan. Rotor digerakkan oleh putaran
engine melalu sambungan puli dengan menggunakan drive belt, puli poros engkol
disampungkan ke puli alternator oleh drive belt.
Besar arus listrik yang
dibangkitkan alternator dipengaruhi 3 (tiga) hal; 1. Kuat kemagnetan, semakin
kuat kemagnetan rotor maka arus listrik yang dibangkitkan semakin besar. 2.
Jumlah lilitan konduktor, semakin banyak jumlah lilitan stator maka semakin
besar arus listrik yang dibangkitkan, 3. Kecepatan putaran, semakin cepat
putaran rotor maka semakin besar arus listrik yang dibangkitkan alternator.
Timbul permasalahan ketika
kendaraan sedang melaju pada kecepatan tinggi dimana putaran engine tinggi,
alternator akan menghasilkan arus listrik yang besar pula. Kalau masalah ini
dibiarkan maka komponen kelistrikan mobil seperti lampu akan putus karena lampu
yang digunakan pada kendaran hanya 12 Volt dan baterai akan diisi dengan arus
listrik yang berlebihan yang dapat mengakibatkan baterai panas dan cepat rusak.
Maka output alternator perlu
diatur agar tetap konstan. Cara pengaturan output alternator yang mungkin
dilakukan adalah dengan cara mengatur kuat kemagnetan rotor dengan cara
mengatur besar arus listrik yang mengalir ke rotor, karena semakin kecil arus
listrik yang mengalir ke rotor maka kemagnetan semakin lemah sehingga
alternator juga menghasilkan output yang rendah. Semakin besar jumlah arus
listrik yang mengalir ke rotor maka kemagnetan rotor semakin kuat dan output
alternator juga besar. Komponen yang mengatur output alternator ini disebut
regulator.
Pada kendaraan terdahulu,
regulator yang digunakan adalah regulator jenis mekanik yaitu jenis kontak
point. Berikut adalah sistem pengisian pada mobil lama.
Sedangkan kendaraan saat ini menggunakan IC regulator. IC regulator ada 2 (dua) tipe; tipe sensor alternator dan tipe sensor baterai.
Sedangkan kendaraan saat ini menggunakan IC regulator. IC regulator ada 2 (dua) tipe; tipe sensor alternator dan tipe sensor baterai.
1. Prinsip Kerja IC Regulator
Saat tegangan
output alternator rendah
Tegangan output
belum dapat melewati ZD, Sehingga
Tr2 “ Off “, egangan output mengalir ke base Tr1 melalui
resistor R dan Tr 1 “ On “
Arus yang ke
rotor coil melaui B – rotor coil – F –
Tr1 ( on ) – E ( massa )
Saat tegangan
output tinggi
Tegangan output
sudah dapat melewati ZD Sehingga Tr2 “ On “ dan Tr1 “ Off “, Arus
yang ke rotor coil terputus, dengan demikian arus pengisian dikontrol supaya
konstan.
2. Cara Kerja IC Regulator tipe sensor alternator
a.
Saat kunci kontak ON dan
engine mati
Arus listrik mengalir dari baterai→fuseblink→kunci
kontak→fuse→terminal IG alternator→terminal IG IC alternator→massa. Ketika IC
regulator menerima aliran arus listrik dari terminal IG maka IC regulator akan
mengaktifkan Tr1 menjadi ON sehingga arus listrik mengalir ke rotor coil,
akibatnya rotor menjadi magnet ; baterai→fuseblink→B alternator→rotor coil→terminal
F IC regulator→Tr1→massa.
Karena engine mati maka alternator belum menghasilkan arus listrik
sehingga IC regulator membaca tegangan di terminal P IC regulator masih 0 Volt,
lalu IC regulator akan mengaktifkan Tr2 menjadi ON mengakibatkan lampu CHG
menyala;
baterai→fuseblink→kunci kontak→fusel→lampu CHG→Tr2→massa.
b.
Saat engine hidup (output
alternator di bawah tegangan pengaturan)
Ketika engine hidup maka alternator membangkitan arus
listrik karena alternator sudah berputar) sehingga IC Regulator membaca
tegangan di terminal P IC regulator tidak 0 Volt lagi, lalu IC regulator akan
mematikan Tr1 dan mengakibatkan lampu CHG mati.
Pada saat ini alternator mengisi baterai dan mensuplai
arus listrik ke komponen-komponen kelistrikan kendaraan yang membutuhkan.
c.
Saat engine hidup (output
alternator di atas tegangan pengaturan)
Ketika output tegangan alternator tinggi (14,5 Volt
lebih) maka IC regulator mengetahui kondisi ini dari terminal B IC regulator,
lalu IC regulator akan mematikan Tr1, memaksa arus listrik mengalir melalui
diode.
3. Cara Kerja IC Regulator tipe sensor baterai
a.
Saat kunci kontak ON dan
engine mati
Ketika kunci kontak ON maka arus listrik mengalir ke terminal
IG alternator→terminal IG IC Regulator. M.IC di dalam IC regulator medeteksi
arus masuk ini lalu M.IC akan mengaktifkan Tr1 menjadi ON mengakibatkan rotor
coil menjadi magnet akibat dialiri arus listrik dari baterai→terminal B
alternator→rotor coil→terminal F IC Regulator→Tr1 di dalam IC Regulator→massa.
Karena alternator belum membangkitkan tegangan listrik maka
tegangan di terminal P IC regulator 0 Volt, M.IC membaca kondisi ini lalu M.IC
mengaktifkan Tr2 menjadi ON mengakibatkan lampu CHG menyal; baterai→ kunci
kontak→lampu CHG→terminal L alternator→terminal L M.IC Regulator→Tr2 di dalam
M.IC→terminal E M.IC Regulator→terminal E Alternator→massa.
b.
Saat output tegangan di
bawah tegangan baterai
Saat engine berputar, alternator juga berputar dan
mulai membangkitkan tegangan listrik. Saat alternator membangkitkan tegangan
listrik maka M.IC tentu saja membaca tegangan di terminal P M.IC tidak 0 Volt
lagi sehingga M.IC akan mematikan Tr2 menjadi OFF mengakibatkan lampu CHG mati.
Ketika M.IC membaca tegangan output alternator di bawah tegangan baterai
melalui terminal B M.IC regulator maka arus listrik dialirkan ke baterai untuk
mengisi kembali baterai dan juga dialirka ke komponen-komponen kelistrikan yang
membutuhkan.
c.
Saat output tegangan di
atas tegangan baterai
Selama alternator membangkitkan tegangan listrik dan
tidak ada keruskan pada sistem pengisin maka lampu CHG akan tetap mati.
Saat M.IC membaca tegangan baterai melalui terminal S
M.IC regulator melebihi tegangan output alternator maka M.IC regulator akan
mematikan Tr1 menyebabkan kemagnetan rotor coil hilang akibat arus yang ke
rotor coil terputus. Dan ketika terminal S M.IC regulator membaca tegangan
baterai di bawah tegangan terminal B M.IC regulator maka tegangan output
alternator akan kembali dialirkan ke baterai. Proses ini terus menerus diulangi
sehingga output tegangan alternator tetap konstan.