Window
defoger adalah sistem anti kabut kaca belakang, dengan cara memanaskan kaca belakang
maka kabut akan hilang sehingga pandangan ke belakang akan jelas.
Penyebab Kaca Mobil Berembun
Kondisi hujan sering menyebabkan kaca mobil menjadi berembun. Hal itu inilah yang bisa mengurangi visibilitas pengendara yang tentunya akan berisiko berbahaya jika dibiarkan begitu saja dan tidak segera diatasi.
Penyebab Munculnya Embun
AC mobil adalah salah satu komponen yang menyebabkan munculnya embun di kaca mobil. Kabin mobil yang lembab karena banyaknya partikel air ketika terkena hawa dingin dari AC mobil yang dingin , maka muncullah embun di kaca mobil. Selain itu, pada pagi hari, ketika atau setelah hujan umumnya kelembaban udara di luar kabin cukup tinggi.
Sehingga, udara akan lebih mudah berubah jadi embun atau kabut yang menempel di kaca mobil. Embun di dalam kabin mobil muncul karena tingkat kelembaban udara tinggi. Embun pada kaca bisa muncul juga bisa karena adanya perbedaan suhu antara kabin dan suhu di luar. Suhu kabin yang lebih panas ketimbang suhu di luar bisa memunculkan embun di kaca mobil.
Proses Terbentuknya Embun
Proses terbentuknya embun disebut dengan kondensasi. Ketika hujan, udara di dalam kabin awalnya akan mengikuti udara di luar yang mengandung kelembaban yang tinggi. Karena kita berada di dalam mobil, embusan nafas yang juga sudah mengandung banyak uap air akan bertemu dengan tekanan udara dalam kabin.
Uap air yang sudah tidak bisa ditampung, baik itu oleh tubuh atau pun udara kabin, otomatis akan mencari lokasi yang terdingin. Nah, yang paling dekat adalah kaca mobil dan terjadilah kondensasi pada kaca mobil. Kadar embun ini akan lebih banyak ketika kabin mobil diisi lebih dari satu penumpang.
SISTEM WINDOW DEFOGGER > LOKASI PART
Diagram Sistem
Cara Kerja
Pada saat Switch Defogger ditekan dan kunci kontak ON maka arus akan
mengalir ke kawat defogger, kawat defogger menjadi panas karena dialiri arus
listrik. Kabut pada kaca belakang akan menghilang akibat panas kawat defogger.
Aliran arus listrik yang menuju kawat defogger pada mobil All New Avanza tahun
2011 sebagai berikut.
Gambar 1 Lokasi
Komponen Sistem Pengapaian Mobil Daihatsu Sigra
*1
IGNITION
COIL ASSEMBLY
*2
SPARK PLUG
(BUSI)
*3
ENGINE
ROOM RELAY BLOCK
- IG MAIN FUSE
- E/G FUSE
*4
RELAY
INTEGRATION NO. 1
- RELAY IG2
*5
ECM
-
-
NO
NAMA
GAMBAR/LOKASI
1
IGNITION
COIL ASSEMBLY
2
SPARK PLUG
(BUSI)
3
ENGINE
ROOM RELAY BLOCK
- IG MAIN FUSE
- E/G FUSE
4
RELAY
INTEGRATION NO. 1
- RELAY IG2
5
ECM
Diagram
Gambar 2 Diagram
Sistem Pengapian Mobil Daihatsu Sigra
Wiring Diagram Sistem Pengapian
Cara Kerja
Ketika kunci kontak ON maka relah
IG2 akan ON tetapi arus listrik tidak bisa mengalir ke igniter karena
transistor di dalam igniter masih OFF. Saat engine distarter atau ketika engine
hidup maka ECU akan mengeluarkan sinyal perintah ke igniter meng-ON-kan
transistor di dalam igniter sehingga arus listrik dapat mengalir ke igniter
yaitu ke terminal positif igniter→lilitan primer→terminal negatif igniter→massa.
Pada saat ECU membaca sudut pengapian
telah tercapai berdasarkan informasi dari sensor-sensor maka ECU akan
menghentikan sinyal IGT sehingga igniter akan memutuskan aliran arus ke lilitan
primer. Seketika tegangan tinggi dihasilkan di lilitan sekunder saat arus ke
lilitan primer diputus. Karea busi langsung terpasang pada lilitan sekunder
maka busi akan memercikkan bunga api.
Bagaimana busi bisa memercikkan bunga
api listrik?
Busi dapat memercikkan bunga api hanya
jika tegangan yang mengalir sangat tinggi yaitu sekitar 20 ribu volt. Seperti
yang kita ketahui bahwa sumber tegangan listrik mobil hanya 12 volt, untuk itu
diperlukan alat untuk menaikkan tegangan 12 v menjadi 20 ribu volt. Alat untuk
menaikkan tegangan 12 V menjadi 20 ribu volt disebut koil. Bagaimana coil bisa
menaikkan tegangan listrik?silahkan tonton video ini
Koil
pengapian terdiri dari lilitan primer dan sekunder yang dililitkan pada inti
besi (core). Jumlah lilitan primer 100 kali lebih banyak daripada lilitan
sekunder.Salah
satu ujung dari ujung lilitan primer dihubungkan ke igniter dan satu ujung
kumparan sekunder dihubungkan ke busi. Ujung-ujung lainnya dihubungkan ke
batere seperti gambar di bawah.
Pada saat transistor di dalam igniter diaktifkan oleh ECU
menjadi ON maka arus listrik dari batere mengali ke lilitan primer
Saat ECU menonaktifkan
transistor di dalam igniter menjadi OFF maka arus ke lilitan primer terputus
dan seketika terjadi kenaikan tegangan tinggi di lilitan sekunder lalu busi pun
memercikkan bunga api listrik karena busi langsung terpasang pada lilitan
sekunder
Mobil saat ini sudah
menggunakan sistem pengapian tanpa distributor yaitu pada setiap silinder
terdapat satu busi, satu koil dan satu igniter. Sistem pengapian dikontrol
secara elektronik menggunakan Engine Control Unit (ECU). Pada sistem pengapian
yang menggunakan distributor, empat busi pada setiap silinder dilayani satu
koil dan satu igniter. Tegangan tinggi yang dihasilkan koil dibagikan oleh
distributor.
Gambar 6 Diagram
Sistem Pengapian Tanpa Distributor
Fungsi Komponen
A.Komponen input
Komponen input memberikan informasi kondisi engine ke ECU.
Komponen ini merubah besaran fisik menjadi listrik.
1.Crankshaft Position Sensor
(CKP sensor) membaca posisi poros engkol. Ketika poros engkol berputar, CKP
akan menghasilkan listrik dan dikirim ke ECU sebagai informasi posisi poros
engkol
2.Camshaft Position Sensor
(CMP Sensor) membaca posisi poros nok/noken as. CMP sensor akan menghasilkan
listrik ketika camshaft berputar
3.Knock Sensor (KNK Sensor)
membaca terjadinya knocking/ngelitik. KNK sensor akan menghasilkan listrik jika
terjadi getaran pada blok silinder akibat knocking
4.Throttle Position Sensor
(TP Sensor) membaca besar sudut buka katup gas. TP Sensor mendapatkan tegangan
listrik dari ECU sebesar 5V dan akan merubahnya sesuai bukaan katup gas.
Perubahan tegangan ini dikirim kembali ke ECU sebagai informasi sudut bukaan
katup gas.
5.Air flow meter (air flow
sensor) membaca berat udara masuk ke dalam silinder
6.Water Temperature Sensor
(WTS) membaca temperatur engine
7.Igniter mengirimkan sinyal
IGF ke ECU untuk memberitahu ECU bahwa telah terjadi mutual induction pada
lilitan sekunder
B.Komponen Prosessor
Komponen ini berfungsi menentukan waktu pengapian yang
sesuai dengan kondisi engine berdasarkan informasi dari sensor-sensor. Setelah
ECU menentukan waktu pengapian yang tepat, ECU memberikan perintah berupa
sinyal listrik ke igniter agar igniter menyalakan busi.
ECU singkatan dari Electronic Control Unit, dalam istilah
SAE disebut ECM (Engine Control Module) dan ada salahsatu pabrikan menyebutnya
PCM (Power Control Module).
C.Komponen Output
Komponen ini diperintah oleh ECU, komponen output dalam
sistem pengapaian adalah igniter. Transistor di dalam igniter akan ON jika
diperintahkan ECU. Selain igniter, lampu peringatan malfungsi juga termasuk
komponen output karena lampu peringatan malfungsi akan dinyalakan ECU jika ada
kerusakan/malfungsi pada sensor-sensor
1.Igniter
Fungsi igniter:
1.Mengatur arus konstan,
membatasi arus ke primer koil
2.Mengatur sudut dwell,
mengatur durasi arus yang mengalir ke lilitan primer
3.Menerima perintah sinyal
IGT
4.Mengoutput siyal IGF ke ECU
Ini penjelasan tambahan.
1.Lampu Peringatan Malfungsi
Jika
terjadi kerusakan pada sistem pengapian, lampu peringatan malfungsi akan
dinyalakan oleh ECU.
ELECTRONIC SPARK
ADVANCE (ESA)
ESAadalah perangkat
elektronik pengontrol saat pengapian supaya tekanan maksimum pembakaran selalu
tercapai dekat sesudah TMA. Kondisi kecepatan putaran engine dibaca oleh sensor
CKP, beban engine di baca oleh MAP/MAF dan TP Sensor, kualitas bahan bakar (octane)
dibaca jika terjadi knocking dan dibaca oleh KNK sensor. Semua sensor
melaporkan kondisi engine berupa sinyal listrik ke ECU lalu ECU menentukan saat
pengapian yang tepat.
Saat
Pengapian
Pengapian terjadi sebelum torak mencapai
TMA ( pengapian awal )
Pengapian terjadi setelah torak melewati
TMA ( pengapian lambat )
Saat pengapian adalah saat busi
meloncatkan bunga api untuk mulai pembakaran, saat pengapian diukur dalam
derajat poros engkol ( 0 pe ) sebelum atau sesudah TMA.
Persyaratan saat pengapian
Mulai saat pengapian sampai proses pembakaran selesai diperlukan waktu
tertentu.
Waktu rata – rata yang diperlukan selama pembakaran » 2 ms ( mili detik )
1.Saat pengapian
2.Mulai
Pembakaran
3.Tekanan
pembakaran maksimum
4.Akhir
pembakaran
a)Usaha yang
efektif
Untuk mendapatkan langkah usaha yang paling efektif,
tekanan pembakaran maksimum harus dekat sesudah TMA
b)Saat pengapian
yang tepat
Agar tekanan pembakaran maksimum dekat sesudah TMA
saat pengapian harus ditempatkan sebelum TMA
Saat pengapian dan daya motor
a.Saat
pengapian terlalu awal
mengakibatkan
detonasi / knoking, daya motor berkurang, motor menjadi panas dan menimbulkan kerusakan ( pada torak, bantalan dan busi )
b.Saat
pengapian tepat
Menghasilkan langkah usaha yang ekonomis, daya motor
maksimum
c.Saat
pengapian terlalu lambat
Menghasilkan
langkah usaha yang kurang ekonomis / tekanan pembakaran maksimum jauh sesudah
TMA, daya motor berkurang, boros bahan bakar
Hubungan saat pengapian dengan putaran motor
Supaya
akhir pembakaran dekat sesudah TMA, saat pengapian harus » 1 ms sebelum TMA. Untuk menentukan
saat pengapian yang sesuai dalam derajat p.e, kita harus memperhatikan kecepatan putaran motor
Contoh :
Putaran rendah Putaran
tinggi
Sudut putar p.e selama sudut
putar p.e selama
1 ms kecil 1
ms besar
I
II
1000 rpm
Putaran motor
6000 rpm
60 ms
Waktu untuk 1 putaran p.e
10 ms
60 pe
Sudut putar selama 1 ms
360p.e
Pengapian terjadi sebelum torak mencapai
TMA ( pengapian awal )
Pengapian terjadi setelah torak melewati
TMA ( pengapian lambat )
Saat pengapian adalah saat busi
meloncatkan bunga api untuk mulai pembakaran, saat pengapian diukur dalam
derajat poros engkol ( 0 pe ) sebelum atau sesudah TMA.
Artinya dalam
waktu 1 mili detik pada putaran 1000 rpm, posisi sebelum TMA bisa dicapai hanya
hanya 6 0 p.e saja sedangkan pada putaran 6000 rpm mencapai 360
p.e (ingat bahwa tekanan pembakaran maksimum dicapai dekat setelah TMA makanya
mulai pembakaran harus sebelum TMA. Waktu mulai pembakaran sampai selesai
diperlukan kir-kira 2 mili detik sehingga saat pengapian harus 1 mili detik
sebelum TMA).
Kesimpulan :
Putaran
motor tinggi saat
pengapian semakin awal.
Supaya akhir pembakaran tetap dekat TMA, saat pengapian harus disesuaikan
pada putaran motor :
Hubungan Saat Pengapian Dengan Beban Motor
Pada beban
rendah, pembentukan campuran setelah langkah kompresi masih kurang homogen
karena :
a)Pengisian silinder kurang, temperatur hasil
kompresi rendah
b)Aliran gas dalam silinder pelan, tolakan kurang
Akibatnya :waktu bakar menjadi lebih lama
dari pada ketika beban penuh
Agar mendapatkan akhir pembakaran tetap dekat sesudah
TMA, maka pada beban rendah saat pengapian harus lebih awal daripada waktu
beban penuh
Saat pengapian dan nilai oktan
Jika nilai
oktan bensin rendah, saat pengapian sering harus diperlambat daripada
spesifikasi, untuk mencegah knoking ( detonasi )
Konstruksi Electronic Spark Advance
ESAadalah perangkat elektronik pengontrol saat pengapian supaya tekanan maksimum pembakaran selalu tercapai dekat sesudah TMA. Kondisi kecepatan putaran engine dibaca oleh sensor CKP, beban engine di baca oleh MAP/MAF dan TP Sensor, kualitas bahan bakar (octane) dibaca jika terjadi knocking dan dibaca oleh KNK sensor. Semua sensor melaporkan kondisi engine berupa sinyal listrik ke ECU lalu ECU menentukan saat pengapian yang tepat.
1.Crankshaft Position Sensor
(CKP sensor) membaca posisi poros engkol. Ketika poros engkol berputar, CKP
akan menghasilkan listrik dan dikirim ke ECU sebagai informasi posisi poros
engkol. Listrik yang dikirim ke ECU disebut sinyal NE.
2.Camshaft Position Sensor
(CMP Sensor) membaca posisi poros nok/noken as. CMP sensor akan menghasilkan
listrik ketika camshaft berputar. Listrik yang dikirim ke ECU disebut sinyal G.
3.Knock Sensor (KNK Sensor)
membaca terjadinya knocking/ngelitik. KNK sensor akan menghasilkan listrik jika
terjadi getaran pada blok silinder akibat knocking. Listrik yang dikirim ke ECU
disebut sinyal KNK.
4.Throttle Position Sensor
(TP Sensor) membaca besar sudut buka katup gas. TP Sensor mendapatkan tegangan
listrik dari ECU sebesar 5V dan akan merubahnya sesuai bukaan katup gas.
Perubahan tegangan ini dikirim kembali ke ECU sebagai informasi sudut bukaan
katup gas. Listrik yang dikirim ke ECU disebut sinyal IDL.
5.Air flow meter (air flow
sensor) membaca berat udara masuk ke dalam silinder pada sistem injeksi bahan
bakar tipe L. Di dalam Air Flow Meter terdapat elemen hot wire yang dipanaskan
oleh arus listrik dan didinginkan udara masuk, ECU mengatur besar arus yang
menglir ke elemen hot wire supaya temperature hot wire tetap maka arus listrik
yang diberikan ECU akan sebanding dengan jumlah udara yang mendinginkan (udara
masuk). Arus listrik ini disebut sinyal VG.
Sedangkan Manifold Absolute Pressure (MAP) Sensor digunakan pada sistem
injeksi bahan bakar tipe D, MAP sensor membaca berat udara masuk berdasarkan
tekanan intake manifold. MAP sensor mendapatkan tegangan listrik 5 V dari ECU,
tegangan ini akan berubah sebanding tekanan intake manifold. Perubahan tegangan
ini disebut sinyal PIM dan dikirim ke ECU sebagai informasi jumlah udara masuk,
6.Water Temperature Sensor
(WTS) Sensor membaca temperatur engine. WTS sensor adalah jenis thermistor yang
nilai tahanannya berubah sebanding temperature engine. WTS sensor mendapatkan
tegangan dari ECU sebedar 5 V dan berubah sebanding dengan nilai tahanan WTS
kemudian perubahan tegangan ini(disebut (sinyal THW) dikirim ke ECU sebagai
informasi temperatur engine.
7.Oksigen sensor (O2) sensor
membaca campuran udara-bahan bakar. O2 sensor menghasilkan tegangan listrik
jika dialiri gas buang, jika campuran udara-bahan bakar kurus tegangan yang
dihasilkan hampir 0V dan jika campuran gemuk menghasilkan tegangan terbesar
sekitar 1V. Tegangan yang dihasilkan dikirm ke ECU disebut sinyal OX sebagai
informasi campuran udara-bahan bakar.
8.Igniter mengirimkan sinyal
IGF ke ECU untuk memberitahu ECU bahwa telah terjadi mutual induction pada
lilitan sekunder.
9.Igniter, sebenarnya fungsi
utama igniter adalah mengalirkan dan memutuskan aru listrik ke lilitan primer.
Igniter adalah komponen output
(aktuator) yaitu komponen yang diperintahkan oleh ECU walaupun ia juga
mengirimkan sinyal IGF ke ECU. ECU memberikan perintah ke Igniter berupa sinyal
listrik yang disebut sinyal IGT.
Nama-nama sinyal input ataupun sinyal output adalah salah
dari satu nama-nama terminal yang tertulis di ECU.
Pengaturan Saat pengapian dalam ESA
1.Saat start /Initial
ignition timing angle : ditentukan oleh Back Up IC di dalam Engine ECU,
biasanya 70, 80, atau 100 p.e. tergantung
model
2.Saat maju pengapian
dasar/basic ignition advance angle : Basic ignition advance angle
ditentukan dengan menggunakan sinyal NE dan sinyal VG atau PIM. Data sinyal NE
dan VG yang digunakan untuk menentukan sudut basic ignition advance yang
disimpan di dalam memori ECU mesin.
3.Saat maju pengapian korektif
:disesuaikan dengan kondisi engine dari informasi sensor-sensor